Kamis, 14 April 2016

Lelaki Terakhir yang Menangis di Bumi

Penulis: Aan Mansyur
Tebal Buku: 264 halaman
Tahun Terbit: 2015
Penerbit: Gagas Media
ISBN: 979-780-816-5


Buku ini dibuka dengan barisan pesan Tenri sahabat Jiwa Matajang yang ditujukan kepada Nanti Kinan. Jiwa sempat mengirim email berisi manuskrip buku hariannya kepada Tenri sebelas bulan lalu sebelum Jiwa meninggal. Tenri pun berencana untuk menerbitkan manuskrip tersebut menjadi sebuah novel. Tenri meminta Nnati Kinan, mantan kekasih Jiwa, untuk memberi masukan terhadap isi buku. Sederhananya manuskrip ini ditulis Jiwa dengan sudut pandang Jiwa dan dikoreksi oleh Nanti dengan sudut pandang Nanti itu sendiri.




Catatan Kaki
Nah, bagaimana Aan Mansyur mengombinasikan sudut pandang Jiwa dan Nanti? Aan Mansyur menyuguhkan catatan kaki sebagai hasil koreksi Nnati terhadap tulisan Jiwa. Catatan kakinya tidak satu dua baris saja, tapi bisa satu paragaf. Sehingga catatan kaki ini perlu mendapat perhatian khusus pembaca dan sayang sekali untk dilewatkan. Karena tentu saja kelemahan sudut pandang pertama hanya melihat dari satu sudut pandang seorang. Sementara di buku ini disajikan sudut pandang pertama tokoh Nanti. Informasi dari salah satu cerita dapat dikoreksi atau justru menjadi pelengkap. Bagi saya, nyaman-nyaman saja membaca catatan kaki yang lumayan banyak. Tidak banyak buku lokal yang mengemas cerita seperti ini.

Konflik Cerita
Isi cerita sendiri tidak lepas dari kisah percintaan Jiwa. Jiwa mengenal Nanti saat kuliah. Bersama Nanti ia membangun perpustakaan, perpustakaan terakhir yang mereka sebut Surga Kecil. Tapi sayangnya hubungan mereka tidak sampai ke pernikahan, karena Nanti lebih memilih Wisran sebagai pendamping hidupnya. Sebenarnya banyak wanita yang pernah dekat dengan Jiwa, tapi tak satupun yang bisa menggantikan Nanti. Semua wanita hanya berlalu begitu saja. Ibunya Jiwa pun mendesaknya untuk segera menikah, sayangnya Jiwa tak ingin. Ia akihrnya berpikir bahwa ia tidak ditakdirkan untuk menikah.

Oleh karena buku ini puitis, banyak kalimat yang bisa dijadikan Quote of The Day ala anak muda yang sedang galau patah hati. Yang paling saya suka adalah kutipannya di halaman 250,
"Hidup akan selalu punya tetapi"

 Perpustakaan
Perpustakaan adalah tempat favorit Jiwa. Bersama Nanti, Jiwa membaut perpustakaan terakhir yang disebut Surga Kecil. Perpustakaan adalah surga bagi Jiwa. Ia terinspirasi dari kelompok perpustakaan punggung yang ada di kampusnya. Cukup dengan membawa beberapa buku di punggungmu, dan voila! jadilah perpustakaan punggung yang sedia memberi ilmu kapan saja dan dimana saja. Sura kecil menjadi tempat Jiwa menghabiskan masa hidupnya. Bersama buku dan...sepi. 
Selain ide perpustakaan, buku ini menawarkan buku yang menjadi favorit Jiwa, sebut saja Brave ya World karya Aldous Huxley dan 1984 karya George Orwell. Menurut hemat saya, ini juga menjadi keunggulan dari Lelak Terakhir yang Menangis di Bumi.

Di Balik Buku
Sebenarnya Aan Mansyur terinspirasi dari mana saat menulis buku ini? Sebagian ide cerita berasal dari kisah nyata yang dialami Aan Mansyur. Sebut saja fragmen cerita perpustakaan punggung. Perpustakaan Punggung di kehidupan nyata adalah perpustakaan milik Komunitas Inninawa. Adapula Perpustaaan "Surga Kecil" yang di kehidupan nyatanya adalah Perpustakaan Katakerja yang didirikan Aan Mansyur dan sahabatnya. Nah, apakah Nanti adalah sosok yang penah mengisi hati Aan Mansyur? Sila deskripsi sendiri setelah membaca bukunya.


***

Buku Lelaki Terakhir yang Menangis di Bumi adalah buku bacaan bulan Agustus di Klub Buku Surabaya.



Tulisan ini diadopsi dari blog member Klub Bku Surabaya, katakutuputri