Sabtu, 31 Desember 2016

Klub Buku Surabaya Reading Challenge


Hai!

Selamat Tahun 2017 ya, Sahabat Klub Buku! Di tahun yang baru ini, apa Sahabat sudah membuat daftar buku apa saja yang akan dibaca? Bagi yang belum, yuk ikutan tantangan yang sudah Klub Buku siapkan. Tantangannya gampang banget.


Ketentuan #KBSReadingChallenge
  1. Pilih satu buku sesuai dengan tema Reading Challenge 2017.
  2. Posting isi buku tersebut via twitter.
  3. Frekuensi posting bisa dilakukan sesuka hati, bisa setiap hari, seminggu sekali, atau sebulan sekali. Dengan ketentuan maksimal tweet tentang buku sebanyak 5 kali sehari.
  4. Posting tweet tentang isi buku tidak boleh diselingi oleh tweet apapun yang tidak berhubungan dengan buku yang dibaca, dan tidak boleh mengandung spoiler. Mention @klubbuku_sby dan beri tagar #KBSReadingChallenge.
  5. Di akhir bulan, posting resensi buku yang kamu pilih di blog kamu (Blogger, Wordpress, Notes Facebook, Goodreads, dan Instagram) dan tweet link resensi dengan format: [BULAN] Reading Challenge - Judul Buku - Penulis - Link Review. Jangan lupa untuk mention @klubbuku_sby dan tagar #KBSReadingChallenge.
  6. Tantangan ini khusus member yang sudah bergabung dalam grup Whatsapp KBS dan follow Twitter KBS.
Ketentuan Penilaian
  1. Banyaknya resensi adalah 12 buku dalam satu tahun. Jadi semakin mendekati angka ini, maka akan semakin baik.
  2. Orisinalitas, gaya bahasa, dan keutuhan tulisan.

Hadiah
Karena ini adalah tantangan yang membutuhkan konsistensi yang tinggi (halah), tentunya akan ada hadiah yang menarik dari kami. Tunggu saja postingan terbaru dari tulisan ini. Yang jelas, Sahabat nggak akan menyesal :D





Terima kasih,


Klub Buku Surabaya

The 100-Year-Old Man Who Climbed Out of The Window and Dissappeared - Jonas Jonasson

Penulis: Jonas Jonasson
Tebal Buku: 508 + viii
Tahun Terbit: 2015
Penerbit: Bentang Pustaka
ISBN: 978-602-291-018-3


Kisah Allan Karlsson di buku ini menjadi dua bagian, yaitu saat Allan berusia seratus tahun dan saat Allan masih muda.

Kisah pertama menceritakan petualangan Allan berusia seratus tahun yang lompat ke jendela dan kabur dari rumah lansia. Petualangan Allan semakin menarik saat ia membawa koper milik geng Never Again yang berisi uang 50 juta krona. Karena koper itu, Allan dikejar-kejar tiga orang geng Never Again. Dan karena Allan kabur dari rumah lansia, Allan dicari kepolisian.

Allan tidak berpetualang sendiri. Allan bertemu Juliun Jonson, Benny Ljunberg, dan Si Jelita Gunilla Bjorklund. Si Jelita ini punya anjing bernama "Buster" dan gajah bernama "Sonya. Kalian tidak salah baca kok. Si Jelita ini memang pelihara gajah.

Berita simpang siur hilangnya kakek panjang umur dan keterkaitannya dengan Never Again hangat diperbincangkan. Terlebih lai terendus oleh anjing pelacak adanya mayat di sekitar pabrik baja, tapi tidak pernah ditemukan. Semakin ditelusuri membuat kepolisian semakin bingung, seolah-olah dipermainkan oleh kasus,

Kisah kedua menceritakan masa muda Allan yang berprofesi sebagai pembuat bom. Langkanya profesi itu membuat Allan keliling dunia. Allan diminta beberapa negara yang terlibat perang dunia kedua untuk membuat bom sekaligus meledakkannya. Allan bertemu pemimpin-pemimpin hebat di abad kedua puluh. Allan pernah makan malam dengan Jenderal Franco di Spanyol, minum vodka bersama Wakil Presiden AS, Harry S. Truman, mendengar Stalin Si Tiran Rusia menyanyi, hingga menyelamatkan istri pemimpin komunis Mao Tse Tung yang akhirya Mao Tse Tung memberi hadiah Allan berlibur ke Bali, Indonesia.

***

Buku The 100-Year-Old Man Who Climbed Out of The Window and Dissappeared menceritakan petualagan Kakek Allan sewaktu muda dan setelah berusia seratus tahun. Jonas Jonasson membuat tokoh Allan begitu penting hingga dijadikan judul buku ijo ini.

Menurut penulis, Allan Karlsson adalah kakek yang keterlluan spontanintasnya. Semua yang dilakukannya terjadi secara spontanitas, tanpa pikir lama-lama. Seorang kakek usia seratus tahun kabur dari rumah lansia itu hebat. Hebat dari mana? Dari pikirannya yang out of the box dan terealisasi. Allan tak tahu kemana ia pergi sampai ia membaca jadwal kedatangan bis dan mengecek uang yang dibawanya. Ia juga tidak ragu membawa koper milik Never Again, meskipun ia tidak tahu apa isinya dan seberapa penting isi koper itu.

Ada bagian lucu dari petualangan Kakek Allan. Saat Bolt, anggota Never Again menemukan Allan dan Julius di Stasiun Byringe. Kepala Bolt dihantam papan hingga pingsan oleh Julius. Agar tidak menjadi ancaman, Bolt sengaja disimpan di dalam freezer dan tidak sengaja dilupakan hingga Bolt mati beku. Allan memutuskan untuk mengemas mayat Bolt dalam peti milik pabrik baja yang seharusnya berisi tabung baja siap kirim ke Addis Ababa.

Allan tidak pernah merencanakan matang-matang. Segalanya terlintas saat ia memperhatikan sekeliling. Kemudian yang ada di pikirannya hanya "ya" atau "tidak". Urusan risiko mayat ditemukan oleh siapapun, ia tidak peduli. Itu urusan nanti.

Oleh karena itu, Jonas Jonasson memberi kalimat pembuka buku ini,
"Segala sesuatu berjalan seperti apa adanya, dan apapun yang akan terjadi, pasti terjadi."

Apa yang dilakukan Allan merupakan kebalikan dari banyak orang. Banyak orang seringkali merencanakan sesuatu, tapi takut melakukan. Kalau aku begini, nanti begitu. Kalau tidak begitu, nanti jadinya begini. Terlalu banyak pertimbangan, terlalu takut ambil risiko hingga tidak terealisasi. Dijalani saja ulu, sambil jalan mari dipikirkan rencana selanjutnya. Kata orang jawa, "Dipikir karo mlaku ae."

 Cerita yang kedua juga menceritakan sisi spontanitas Allan, tetapilebih mengedepankan unsur sejarah yang cukup satir dibaca. Allan bertemu orang-orang hebat yang terlibat politik perang dunia. Allan bekerja sebagai ahli pembuat bom yang kemampuannya sangat dibutuhkan saat perang dunia. Meskipun Allan pernah membantu membuat bom neara komunis maupun kapitalis, Allan tidak pernah terlibat politik. Allan tidak suka politik apapun. Ia menegaskan bahwa dirinya hanya pembuat bom. Allan menyebut perumpamaan politik mirip dengan balas dendam.
"Balas dendam itu seperti politik, satu hal akan diikuti hal lain sehingga yang buruk menjadi lebih buruk dan yanglebih buruk akan menjadi paling buruk." (hal 89)

Jonas Jonasson juga menyindir dunia politik memang kejam. Sekali membuat kesalahan, fatal akibatnya. Hal ini dialami pada Allan saat membaca puisi milik Verner von Heidenstam yang rupanya penyair favorit Hitler. Mengetahui itu, Stalin naik pitam, terlbeih lagi setelah mendengar llan teman baik Jendral Franco dan sempat berbicara dengan Presiden AS Churcill. Akhirnya Allan dipenjara. Yap, spontanitas Allan tidak seluruh berujung baik.

Jonas Jonasson juga secara gamblang menyindir Indonesia sebagai negara yang segala sesuatunya bisa didapat dengan uang, seperti membuat SIM palsu, jalan mulus di dunia politik. Ironi. Miris.

"Di Indonesia semuanya bisa dijual sehingga siapa saja yang punya uang bisa mendapatkan apapun yang mereka inginkan." (hal 359)
Bahkan  di dunia pesawat terbang pun juga tejadi suap menyuap.
"Indonesia adalah negara dimana segalanya mungkin." (hal 489)
Pernyataan itu dikatakan Allan setelah ia melakukan lobi pendaratan pesawat ilegal dengan staf lalu lintas udara Bandara Udara Bali. Yap, dan Allan melobi dengan dua ratus juta dolar.

***

Secara keseluruhan buku ini memuaskan para pembaca Klub Buku Surabaya. Pada saat diskusi, teman-teman dengan semangat membahas hal-hal lucu yang diceritakan di buku ini.

Terima kasih untuk moderator diskusi, Angsukma Putri, dan teman-teman Klub Buku Surabaya yang sudah meluangkan waktunya untuk diskusi buku via grup whatsapp.


Sampai ketemu di pembahasan selanjutnya!


nb: review buku ini disadur dan diedit dari blog katakutuputri.blogspot.co.id. Tentunya setelah izin dari pemiliknya.